Jatim Newsroom- Proses penyerapan gabah dan beras Perum Bulog Divre Jatim hingga hari ini, Senin (8/8) mampu mencapai 524 ribu ton. Serapan itu jika dipersentasekan mencapai hampir 60 persen dari target prognosa 2016 sebesar 850 ribu ton.

"Kami per hari bisa menyerap 6.000 ton atau 3.000 ton setara beras. Penyerapan masih kami optimalkan dengan mengandalkan tim sergap (serap gabah petani) dengan dibantu pihak TNI AD," kata Kepala Perum Bulog Divre Jatim, Witono saat ditemui di kantornya.

Ia menjelaskan, penyerapan tahun ini berjalan cukup baik walau maih terkendela HPP (harga patokan pemerintah). Sejauh ini HPP masih menggunakan ketentuan dari Inpres 2015 sebesar Rp 3.700 untuk gabah kering panen (GKP).

"HPP masih sama seperti 2015. Kami mengalami sedikit kesulitan karena tidak bisa membeli gabah petani melebihi HPP untuk beras PSO (raskin). Tapi kami masih bisa serap di atas HPP untuk beras komerial yang kami jual dalam bentuk beras premium," jelasnya

Menurutnya, ketentuan HPP masih disesuaikan dengan inflasi. "Kalau infasi naik, maka kemiskinan bertambah. Jadi HPP ini masih menjadi kendala juga bagi kami dalam melakukan penyerapan gabah petani," ungkapnya.

Anggota Komisi VI DPR RI, Bambang Haryo saat kunker di Bulog Jatim mengimbau pemerintah untuk memerhatikan persoalan HPP. "Kalau HPP masih sama, Bulog sulit menyerap gabah petani. Saat ini masih Rp3.700 untuk GKP. Idealnya HPP bisa naik di kisaran Rp 3.900-Rp 4.000 per kg," katanya.

Jika HPP naik, lajut dia, hal itu bisa meningkatkan semangat petani untuk menanam padi. "Kalau HPP naik, maka bisa memperbaiki kesejahteraan petani. Petani bisa lebih maksimal dalam menanam dan produksi padi yang tinggi bisa meningkatkan ketahanan pangan nasional," ujarnya. (afr)