Jatim Newsroom - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim melalui Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Kependudukan (Disnakertransduk) Jatim kembali mengirimkan sebanyak 58 kepala keluarga (KK) dari Transcito Surabaya menuju Kendari Sulawesi Tenggara.

Dari 58 KK tersebut terdiri dari 163 jiwa dengan rincian Sampang 15 kk atau 31 jiwa, Situbondo 10 kk atau 27 jiwa, Lumajang 5 kk atau 14 jiwa, Pasruan 5 kk atau 16 jiwa, Mojokerto 10 kk atau 33 jiwa, Blitar 8 kk atau 31 jiwa, dan Lamongan 5 kk atau 11 jiwa.

Kepala Disnakertransduk Jatim, Sukardo, di Surabaya, Senin (28/11) mengatakan, sampai saat ini Transmigran asal Jatim masih paling diminati provinsi lain di Indonesia. Ini terlihat dari banyaknya permintaan provinsi lain ke Pemprov Jatim agar memberangkatkan warga Jatim transmigrasi ke wilayahnya.

Dia menuturkan, saat ini ada lebih dari 16 provinsi di Indonesia yang minta warga Jatim bertransmigrasi ke wilayahnya. Diantaranya, Gorontalo, Sulawesi Utara, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Utama, Kalimantan Timur, Maluku, Maluku Utara, Sumatera Selatan, Bengkulu, Riau, Jambi, Sumatera Utara, Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat.

Sukardo menjelaskan, sebanyak 2.859 Kepala Keluarga (KK) di Jawa Timur masuk waiting list atau daftar antre untuk diberangkatkan transmigrasi ke berbagai daerah di seluruh tanah air. Untuk itu, diharapkannya, pemerintah pusat menambah anggaran untuk pemberangkatan agar antrean tidak terlalu lama bagi para calon transmigran.

Lebih lanjut dia mengatakan, selain itu mengharapan adanya penambahan kuota dan anggaran, Pemprov Jatim juga mengharapkan Pemerintah Pusat juga turut menganggarakan serta kerjasama dengan pihak perusahaan penerbangan untuk bisa mempermudah dalam proses pengiriman transmigran ke lokasi yang dituju. Menginggat selama ini jika menggunakan transportasi laut justru memakan waktu cukup lama.

Seperti sebelumnya, Sukardo berpesan kepada para transmigran asal Jatim agar selalu semangat selama berada di lokasi yang dituju serta harus mengingat agar tetap mengedepankan kearifan lokal yang ada. (ris)